Saat tulisan ini mengudara, saya dan keluarga sedang berada di kota Cirebon. Sebuah Kota yang kental dengan nilai – nilai dan situs sejarah keislaman.

Sekitar 5 tahun lalu, saat pertama kali saya tiba di kota ini, sejauh mata memandang, hampir di sepanjang jalan di kota Cirebon selalu ramai dengan kendaraan – kendaraan yang terparkir di halaman sebuah rumah makan.

Kabarnya, salah satu pengalaman tak terlupakan kalau Anda berkunjung ke kota Cirebon adalah pilihan wisata kulinernya yang sangat memanjakan lidah, sebutlah misalnya empal gentong, nasi lengko, mie koclok, sega jamblang yang menjadi aiken kuliner khas kota Cirebon.

By the way, seandainya saat ini Anda ada di sebuah tempat yang baru bagi Anda dan di saat yang sama, Anda merasa lapar dan harus menepi di sebuah rumah makan, maka tempat makan seperti apa yang biasanya menarik perhatian Anda?

Dalam strategi pemasaran khususnya bisnis kuliner, ada salah satu taktik promosi yang sering digunakan oleh bisnis – bisnis rintisan yaitu dengan membuat ramai lokasi usahanya.

Dengan terlihat ramai pengunjung akan menciptakan kesan (persepsi) kepada calon pembeli bahwa makanan disitu enak.

Memang, persepsi bukanlah realita, ramai belumlah pasti rasanya enak, apalagi rasa, masalah selera masing – masing.

Tapi dalam dunia pemasaran, seringkali ketika Anda berhasil menciptakan sebuah persepsi di benak konsumen, maka itulah yang biasanya jadi realita konsumen.

Sudah jadi rahasia umum, ujung tombak dari sebuah bisnis adalah aktivitas selling & marketingnya. Bagaimana mendatangkan lebih banyak calon pembeli (traffic) dan bagaimana membuat mereka akhirnya membeli dan membeli lagi (pelanggan)?

Well, bicara soal mendatangkan traffic lebih banyak dan lebih sering, umumnya sebuah bisnis rintisan menempuh cara – cara promosi seperti cetak/sebar brosur, memberikan give away, diskon, testimoni, endorsmen, iklan, atau kupon pembelian tertentu.

Masih teringat beberapa tahun lalu, ketika resto D’COST melakukan grand opening di kota tempat saya tinggal di Serang Banten.

D’COST memberikan sensasional offer yang sangat menarik, misalnya memberikan makan gratis bagi pemegang kartu kredit. Cabang D’COST di kota lain memberikan diskon makan sesuai umur, ibu bayar separo.

Bahkan ada yang gokil banget. Bagi calon pengantin, mereka memberikan layanan catering pernikahan dengan offering ‘hamil baru bayar, tidak hamil gratis’ artinya begitu si pengantin wanitanya nanti positif hamil maka saat itulah billing akan keluar hehe.. jomblo buruan merit sanah \(^,^)/

Saya kira ini solusi ‘hemat’ biaya katering pernikahan untuk para pasangan yang ingin segera halal, meskipun ujungnya akan bayar juga tapi menariknya bisa bayar mundur. Tapi, kalau gak hamil, gratis. Hmm.. viral itu penting bos, pasangan halal mana sih yang gak mau punya anak, ya kan?

Pertanyaannya, apa mereka gak rugi? Well, setiap bisnis apalagi baru mulai, perlu ada biaya promosi, khususnya di bisnis kuliner, biasanya kalau dine in, customer sangat jarang datang sendirian, minimal mereka akan mengajak pasangan atau orang – orang terdekatnya.

Misalnya Pecel Lele Lela, memberikan gratis makan untuk yang namanya Lela atau yang lagi ulang tahun, atau ibu hamil, makan gratis. Emang gak rugi ya?

Bisa jadi “rugi” ngasih gratis ke si Lela atau si fulan yang lagi ultah, tapi biasanya, si Lela atau si fulan makannya gak sendirian, nah temen makannya itu yang kena charge, atau menu minumannya yang bayar. Dari situ subsidi silang mereka. See?

Prinsipnya yang penting calon pembeli mau mampir dulu, mau nyobain dulu, apalagi bisa di bilang kunci sukses bisnis kuliner biasanya ada pada lokasi, wifi, dan uji organoleptik alias rasa.

Di era digital seperti saat ini, pola konsumen sudah berubah, kalau dulu sebelum makan biasanya selalu ada ritual berdoa, tapi sekarang, sebelum makan, ritualnya sudah berganti ke ritual selfi.

Kabarnya, dengan adanya akses free wifi, konsumen bisa bertahan lebih lama ketimbang gak ada akses wifinya. Makin betah berlama – lama konek wifinya, makin malu kalau gak nambah beli makanan / minuman.. Ya kan? Ya kan!  ^_^

Atau minimarket yang belakangnya maret atau mart misalnya, mereka sampai memberikan space khusus untuk bank penyedia mesin ATM, tujuan apa?

Seorang mentor bisnis saya yang pernah mencetuskan ide brilian ini menjelaskan alasannya. Saat seorang nasabah mampir ke ATM yang ada disana, selama ia tidak berusaha menjaga pandangannya maka akan ada hati yang tergoda, hoho..

Atau misalnya sebuah keluarga yang kebetulan mampir ke ATM yang ada di minimarket membawa anaknya yang masih usia balita. Sementara orang tuanya ke ATM, anaknya bisa berselancar bebas ke setiap sudut rak makanan/minuman sambil menanti ortunya di kasir hehe..

Agak susah menolak ajakan anaknya ke kasir saat orang tuanya baru saja tarik tunai di ATM, akhirnya bocoooor lah itu rencana keuangan bulanan.. hehe..

Perusahaan ritel besar yang menjual produk consumer goods seringkali memasang billboard besar di halaman depan untuk memberi tahu publik informasi produk yang lagi promo, misal minyak goreng yang seringkali jadi ‘umpan’ untuk menarik perhatian emak – emak, pertanyaanya, emak yang dateng beli minyak goreng, apa cuma beli minyak saja?

Faktanya sebagian besar emak, beli minyak beserta karib kerabatnya. Dalam kacamata penjual, tidak masalah ‘rugi’ di produk (umpan) tapi bisa mendatangkan hiu, paus dan ikan – ikan besar lainnya. See?

Taktik promosi yang unik di era digital apalagi ditambah dengan sentuhan value emosional (gengsi), tentunya akan menarik perhatian warganet untuk ikut menceritakan bisnis tersebut.

Yang penting ramai dulu, yang penting orang mau datang dulu, karena saat calon buyer datang maka pemilik bisnis punya peluang lebih besar untuk memberikan offering lainnya.

Perusahaan – perusahaan startup digital mengenal istilah ‘bakar uang’. Sebuah taktik bisnis yang sengaja di buat rugi supaya untung, bingung? ^_^

Seperti yang belakangan ini dilakukan Grab misalnya, tarif hanya Rp. 1,- untuk para pengguna perdana aplikasi tranportasi online tersebut.

Tentu saja dengan adanya sensasional offer tersebut, Grab akan memperoleh banyak database list customer yang bisa mereka profiling nantinya.

Anda bisa bayangkan, bagaimana kerja kerasnya perusahaan – perusahaan tersebut ‘hanya’ untuk mendatangkan potensial buyer (baca: traffic).

Mereka siap ‘rugi’ untuk ‘mengakuisisi’ calon pelanggan atau ‘hanya’ untuk sekedar memperoleh database list seperti yang banyak di lakukan perusahaan – perusahaan teknologi berbasis aplikasi.

Di bisnis online prinsipnya sama, Anda perlu temukan cara – cara agar orang mau klik link Anda, mau mampir ke website atau toko online Anda atau ‘hanya’ sekedar memberikan kontak emailnya.

“Sebanyak 83% transaksi bisnis terjadi karena pembeli menyukai (trust) penjualnya” ~ Sales Magic 

Pada dasarnya orang gak suka di juali, tapi suka membeli, apalagi di era digital ini, masyarakat semakin cerdas (baca: kritis).

Belajar ilmu teknis seperti teknik closing, copy writing, covert selling dan sejenisnya itu penting, tapi jangan lupakan trust sebagai kunci terbesar kesuksesan sebuah transaksi bisnis. Caranya?

Itulah kenapa penjual yang hanya mengandalkan cara promosi yang hard selling, biasanya konversinya sangat sedikit. Jangankan order, buka chatnya aja udah males duluan.

Bagaimana dengan Anda? Kalau Anda adalah pemilik bisnis, cara – cara kreatif apa yang perlu Anda lakukan untuk mendatangkan lebih banyak potensial buyer & customer ke toko Anda? Think!

Bersama untuk berbagi!

Rizal Muharam

Co founder Gerakan Beraksi

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *