Kebanyakan kasus ‘laka lantas’ alias kecelakaan lalu lintas, tidak jarang dijumpai kondisi pengemudi masih lebih baik ketimbang penumpangnya.

Misal pada kasus kecelakaan motor, penumpang bisa jatuh atau terpental dalam keadaan kepala dan kakinya terpisah.. iyuhh.. ngewrikaan..?? yaiyalah terpisah hehe..

Diwaktu yang sama saat penumpang terpental, pengemudinya masih lebih beruntung, begitu juga dengan kecelakaan bus kota, pengemudi sering lebih beruntung dari penumpang. Kenapa?

Faktor yang paling dominan mengapa seringkali pengemudi lebih beruntung daripada penumpangnya adalah karena si pengemudi berada dalam kondisi memegang kontrol atas kendaraan dan kondisi sekitarnya.

Persis, analogi itu bisa kita gunakan di dalam menjelaskan kondisi orang tua, anak & gadgetnya. Dalam konsep digital parenting, orang tua yang memegang kontrol penuh atau kami menyebutnya sebagai “supir” atas kondisi anak dan gadgetnya berpeluang besar untuk “selamat” lebih tinggi daripada ortu yang merasa hidupnya “di supirin” anaknya atau gadgetnya.

Padahal kalau mau jujur, siapa yang kasih gadget ke anak? Siapa yang kasih akses internetnya hayo? Kenapa seringnya malah gadget yang jadi tersangka –_–

Anyway, kalau pertimbangannya keselamatan, saya pribadi lebih suka berkendara dengan menyetir sendiri daripada di stirin orang lain, minimal kalau ada apa – apa, saya gak nyalahin orang.

Yang gak nyaman banget kalau drivernya punya banyak “nyawa” alias cenderung unggal unggalan pembawaanya, waahh pasrah… hehe..

“Lebih baik anak nangis uring – uringan sekarang daripada nanti orang tuanya yang nangis uring – uringan ngeliat masa depan anaknya gak bener”.

Kembali ke laptop, seperti apa “keakraban” anak Anda & gadgetnya adalah tergantung orang tuanya yang memberi jalan (term and condition), apalagi kalau anaknya masih usia balita atau batita.

In other words kontrol atas hasil yang orang tuanya mau, sepenuhnya ada di tangan orang tuanya bukan anaknya. Berani memulai, berani bertanggung jawab, yuk banyakin introspeksi diri, istighfar, insya Allah masih bisa diperbaiki.

Mencegah sebelum terjadi, bangkit ketika mengalami. Jadi siapa supirnya? 🙂

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *