Sewaktu kecil, salah satu film favorit saya adalah Satria Baja Hitam, kalau Anda?. Layaknya seorang anak kecil yang polos dan imaginatif, tidak peduli apakah film itu nyata atau fiktif, saya sangat menikmati setiap adegan dalam film itu.

Yang paling seru ketika sang tokoh utama – Kotaro Minami mulai menggerakan anggota badannya dengan cara tertentu, dengan tatapan yang fokus dan dengan suara lantang berkata, “BERUBAH”, dalam beberapa saat, sosok manusia itu seketika berubah menjadi “robot belalang” dengan kemampuan superhero.

Mirip dengan film – film superhero yang lain, sang tokoh utama harus berubah dulu untuk berhadapan dengan musuhnya. Apa yang terjadi seandainya ia tidak berubah alias tetap menjadi tokoh manusianya?

Karena saat mereka “berubah” maka ia menjadi seorang yang punya kekuatan super yang siap menghajar musuh – musuhnya. Betul? Suka nonton superhero juga nampaknya 🙂

Seperti kata pepatah “Berubah itu mungkin beresiko namun akan jauh lebih beresiko kalau kita tidak (mau) berubah”.

Bayangkan seandainya Kotaro Minami memutuskan untuk tidak berubah, boleh jadi ia akan kewalahan menghadapi musuhnya yang kekuatannya melebihi manusia biasa.

Kisah Satria Baja Hitam tadi kembali mengingatkan saya dengan cerita Robert T. Kiyosaki seorang guru bisnis dan guru finansial dunia dalam salah satu judul bukunya.

Izinkan saya menceritakannya khusus untuk Anda yang sedang membaca tulisan ini, boleh?

Tapi sebelum saya mulai cerita, tentu kita sudah sepakat kalau hari kemarin sudah berakhir tadi malam, diri Anda saat ini adalah diri Anda yang baru dengan kesempatan dan keputusan – keputusan yang juga baru, setuju ya?

Robert T. Kiyosaki suatu ketika pernah kedatangan calon murid yang berpenampilan brewokan ingin berguru bisnis padanya.

Lalu Robert memberikan sebuah tes kecil, dengan meminta orang tersebut untuk memotong kumis dan jenggotnya sebagai “mahar” diterimanya orang itu sebagai muridnya Robert.

Namun respon orang itu cukup mengejutkan, ia berkata, apa hubungannya belajar bisnis dengan keharusan memotong kumis dan jenggot?.

Pendek cerita, orang itu akhirnya tidak bersedia untuk memenuhi apa yang Robert minta (memotong kumis & jenggot).

Betul bahwa gak ada hubungannya antara belajar bisnis dengan keharusan memangkas kumis & jenggot. Robert menjelaskan saat seorang memutuskan untuk menjadi seorang pebisnis, ia tidak hanya berubah atau bahasanya berpindah secara orientasi kerja, ia juga harus “berpindah” dari segi mental, fisik, emosional juga spiritual.

Perpindahan secara fisik relatif lebih mudah ketimbang perpindahan dari segi mental, spiritual & emosional.

Robert hanya ingin menguji kesiapan seorang calon murid tadi apakah ia mau berpindah secara fisik?, karena kalau “berpindah” secara fisik saja terasa sangat sulit, bagaimana ia bisa dengan mudah “berpindah” secara mental, spiritual & emosional?

Hari ini kita berhadapan dengan sebuah perubahan masive yang 10 – 15 tahun lalu belum ada, tetapi sayangnya, hal – hal yang sekarang sudah dianggap lumrah pun masih ada sekelompok orang yang memilih untuk “mengasingkan” diri.

Tidak aneh rasanya kalau nasehat sukses di era ini bukan lagi anjuran untuk sekolah tinggi dan meraih IPK yang baik seperti di era Industri 1.0 dulu, melainkan “kesuksesan seseorang di era ini ditentukan oleh seberapa cepat ia bisa beradaptasi dengan yang namanya perubahan”.

Kalau saat ini Anda sudah mengerti atau terbiasa dengan cara melakukan order via aplikasi smartphone, itu artinya Anda sudah berani berubah secara fisik, Anda sudah hijrah dari fase “gaptek” (gagap teknologi) ke fase “meltek” (melek teknologi).

Meski umumnya orang tahu bahwa perubahan itu perlu, tapi sayangnya hari ini kita masih dengan mudah menemukan seseorang yang melabel dirinya “gaptek” sambil menggenggam erat smartphone canggih di tangannya.

Hal tersebut cukup menjadi sebuah bukti bahwa ia baru mau berpindah secara fisik dari hape jadul ke smartphone canggih. Tapi mentalnya belum mau berubah.

Sayangnya perubahan itu tidak berbaik hati untuk menunggu Anda mau berubah atau siap berubah, perubahan bersahabat dekat bahkan sangat dekat dengan yang namanya kecepatan.

Untuk menjadi versi terbaik dari diri Anda, termasuk menjadi seorang digital entrepreneur maka Anda perlu mulai membiasakan berubah dari cara – cara lama menuju cara – cara baru. Siap?

Imam Syafi’i berkata, “jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.

Setuju? Share ya ^_^

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *