Tahun 2011, saya mengikuti sebuah workshop pemberdayaan diri NLP & Hypnosis. Dari acara itu saya berkenalan dengan salah seorang peserta yang cukup vokal sepanjang acara berlangsung.

Hari ini saya sangat apresiasi terhadap beliau, saya ikut merasa bangga karena di tahun 2013 lalu, beliau merilis buku perdananya yang berjudul “Terapi Otak Gizi Buruk”, beliau adalah kang Fauzi ‘Oji’ Albarra CEO Berita Cilegon Online.

Saat itu tanggal 18 Mei 2013 saya dan tim dari Rumah STIFIn Banten berkesempatan menghadiri bedah buku “Terapi Otak Gizi Buruk” di Setda Cilegon bersama hampir 100 orang peserta dari berbagai usia dan latar belakang.

Menarik, karena acara tersebut langka, biasanya kami menghadiri bedah buku dari penulis yang tidak kami kenal secara pribadi, namun kali ini kami melihat, mendengar penampilan salah satu putra terbaik daerah Banten.

Banyak hal yang saya pelajari disana, meskipun belajar tentang pikiran bukanlah hal yang baru bagi saya, namun adakalanya kita sebagai manusia perlu diingatkan kembali.

Sebuah pepatah berkata “bawalah selalu gelas kosong ke mana pun” artinya pikiran kita selalu dikondisikan untuk menerima informasi baru. Karena sikap “saya sudah tahu” adalah penghambat terbesar kemajuan diri.

Sikap mental “sudah tahu” membuat pikiran kita seperti menjadi gelas yang terisi penuh. Apa yang terjadi jika kita menuangkan air kedalam gelas yang terisi penuh? Yes, gelas tersebut tidak lagi bisa menampung air yang baru.

Prinsipnya, semakin banyak yang kita ketahui, semakin banyak pula yang kita tidak ketahui. The more you know, the more you don’t know.

Diantara bahasan yang kang Oji jabarkan, ada sebuah tayangan yang sangat “menggangu” pikiran saya dan ingin sekali saya bagi dalam tulisan saya kali ini, yaitu tayangan tentang seorang pianis muda bernama Liu Wei.

Apa yang menarik dari sosok pianis muda yang satu ini?. Pianis luar biasa memang bukan hanya Liu Wei seorang, namun yang outstanding dari sosoknya adalah Liu begitu ahli dalam memainkan piano dengan kedua jempol kakinya, ya anda sedang tidak salah membaca, dengan KEDUA JEMPOL KAKINYA.

Wah sombong sekali, mungkin ada yang berfikir demikian, ia bukan sedang berunjuk kebolehan dengan kakinya, Liu memang tidak memiliki kedua tangan seperti layaknya orang normal.

Meski ia terlahir dengan keadaan normal, namun sebuah keadaan memaksanya untuk kehilangan kedua tangannya.

Maka bersyukurlah kita yang saat ini tidak punya kekurangan (fisik) sedikitpun. (cerita yang lebih detail tentang Pianis Liu Wei bisa kita simak di buku “Terapi Otak Gizi Buruk” karya Fauzi Albarra)

Banyak orang mengeluhkan keadaan diri yang serba kekurangan, kurang modal, kurang ganteng/cantik, kurang relasi, kurang pengalaman, kurang ini dan itu yang akhirnya membuat mereka enggan bertindak.

Padahal fitrah manusia selalu diberikan kelebihan dan kekurangan. Ada sebuah quote menarik “siapa yang bisa menerima kekurangannya, di saat yang sama ia sedang menambah kelebihan pada dirinya”.

Well, kabar baiknya setiap orang selalu memiliki sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai apa pun yang mereka inginkan.

Hanya saja seringkali kita membatasi makna dari sumberdaya tersebut, misalnya mengasosiasikan kata modal dengan ‘uang’, padahal apakah modal itu melulu uang?

Skill, kejujuran, tanggung jawab, kepercayaan, ulet, sikap mau belajar, relasi (networking) adalah juga modal, betul?

Apakah seseorang yang “ribut” ingin modal uang lalu saat anda berikan modal uang misalnya, lantas otomatis membuat mereka berhasil?

Yes berhasil merayu anda.. hehe.. banyak orang yang punya modal uang pun bingung mau buka usaha apa, ya gak?

Seorang mentor bisnis pernah berpesan, “kalau seorang yang baru mau memulai usaha terkendala dengan masalah uang, bisa di pastikan masalah sebenarnya adalah mental”.

Bahkan orang pemula yang menjadikan modal uang sebagai penghambat utama usaha mereka (yang belum di mulai) sebetulnya berpotensi untuk bangkrut.

Kecuali memang dia seorang praktisi yang bisnisnya sudah ada di level scale up / grow up misalnya, jelas modal uang sudah saatnya di perlukan.

Prinsipnya kalau Anda adalah pemula maka “mulailah dengan keadaan terbaikmu”, mungkin itulah yang bisa sama-sama renungkan, pikirkan dan praktekan.

Seperti kisah Liu Wei tadi, nggak punya tangan untuk main piano? Masih punya kaki yang sehat, normal dan bisa bergerak.

Atau untuk pemula yang ingin berbisnis, “enggak punya modal buat buka usaha?” mulailah jadi ‘marketing’ alias Makelar Everything alias jualin produk/jasa orang lain, tanyakan apakah kita bisa bermitra dengannya? Bagaimana caranya?

Atau mulailah dengan brosur/katalog. Simpel alasannya, orang jualan mau untung kan? Nah jika kita menawarkan keuntungan berupa membantunya menjual produk/jasa usahanya kira-kira dia mau gak ya?

Di STIFIn, saya belajar bahwa setiap kita punya modal bawaan yang disebut kecerdasan genetik di salah satu bagian dari 5 bagian otak kita, yang mana bagian tersebut sering digunakan dan sekaligus menjadi ‘sistem operasi’ dalam diri kita.

Itu juga merupakan modal terbesar dari diri kita yang berpotensi untuk berhasil lebih mudah dan nyaman dalam menekuni sebuah bidang profesi.

Misalnya Anda yang punya kecerdasan dominan seorang pemikir, logika, analisa, menalar, data oriented (Thinking).

Secara alamiah (genetik) akan lebih mudah untuk menekuni sebuah bidang profesi yang banyak melibatkan analisa, logika dan data.

Sehingga seorang Thinking berpotensi lebih unggul dibandingkan dengan mereka yang bukan Thinking.

Nah Thinking adalah modal (keberadaan terbaik) orang itu, mulailah dikembangkan dari situ.

Begitu pula dengan anda yang memiliki kecerdasan Sensing, Intuiting, Feeling atau Insting, mulailah dari yang anda mampu mulai lakukan, sekarang!

Jadilah versi terbaik dari diri anda, yuk cari tahu apa yang menjadi keunikan Anda [DISINI]

Wallahu’alam

RizalMuharam.com
human excellence coach

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *