Mengawali tulisan ini, saya ingin berbagi ilustrasi sederhana bagaimana kehidupan ini berjalan. Semoga Allah membersamai tulisan ini, aamiin.
Sambil ditemani lantunan murotal ayat suci Al-Qur’an, safety belt yang terpasang dengan baik, jarum speedometer mulai bergerak naik menandakan laju kendaraan yang semakin cepat menemani perjalanan kami kemarin.
Bikin status mudik biar kaya olang-olang hehe..
Seperti menempuh sebuah perjalanan mudik menuju kampung halaman. Umumnya para pemudik akan menggunakan kendaraan bermotor yang artinya ia tidak lepas dari Peraturan Lalu Lintas yang menyertainya.
Barang siapa yang berkendara dengan mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku, maka ia relatif akan selamat, tapi bagi mereka yang ugal-ugalan, abai terhadap rambu lalu lintas akan menerima konsekuensi sanksi yang berlaku atau naudzubillah mengalami insiden laka lantas.. *Bukan KUHP
Mari kita berkaca pada kehidupan ini, ketika seorang manusia lahir ke dunia, Allah telah memberikan panduan peraturan yang harus ditaati oleh seorang manusia agar selamat, aman di perjalanan hingga tiba di kampung halaman (akhirat).
Tidak hanya itu, Allah Azza Wa Jalla yang Maha Membimbing dengan segala Rahmat & Kasih SayangNya juga kerap kali memberikan “rambu-rambu” seperti misalnya dimana ada persimpangan jalan, mana jalan buntu, mana jalur cepat, jalur lambat, dan berbagai jenis marka-marka jalan kehidupan yang perlu seorang hamba perhatikan agar ia selamat “berkendara”.
Namun karena ulah pengemudi kendaraan yang lalai bahkan abai terhadap “rambu-rambu” disekelilingnya (baca: dosa), akhirnya ia terkena “tilang” oleh “petugas patroli”, semata-mata sebagai peringatan dini (penebus dosa) agar ia lain kali lebih waspada lagi ketika berkendara.
Tak ayal, perjalanan pulang ke kampung halaman terasa panjang dan melelahkan. Sebagian ada yang kapok karena pernah kena tilang, ada yang tetap lalai, bahkan mendzalimi hak pengendara yang lain demi memuaskan ego perjalanan sesaatnya, naudzubillah..
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” Q.S Ali Imran[3]: 14
Mungkin Anda masih ingat saat mengendarai kendaraan dengan laju yang lebih cepat dari biasanya?
Manusia yang kadang bersifat tergesa-gesa itu kerap kali tak sabar untuk sekedar segera tiba di tempat persinggahan sementara sebelum ia benar-benar tiba di kampung halaman.
Ketika kendaraan yang membawa Anda melaju dengan lebih cepat, apakah Anda menyadari ada berapa banyak mobil berwarna putih yang Anda temui? Ada berapa jenis marka jalan yang Anda lewati? Atau adakah rambu-rambu lalu lintas yang luput dari perhatian Anda?
Kurang kerjaaan! Hehe..
Boleh saya tebak? Hal yang hampir pasti terjadi ketika Anda melaju dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya adalah Anda menjadi tidak terlalu memperhatikan atau bahkan abai dengan hal-hal terjadi di sekeliling Anda, see? Karena Anda terlalu ngebut.
Apa yang terjadi, ketika Anda telalu “ngebut” (baca: telalu sibuk sama dunia), sampai Anda abai dengan marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, bahkan seolah tutup mata dengan kehadiran petugas lalu lintas yang sedang memperhatikan Anda (baca: alarm peringatan dini).
Subhanallah.. sebuah “teguran keras” akhirnya menyapa hidup Anda dengan cara-cara yang tidak Anda inginkan, bahkan mustahil untuk bisa terjadi pada diri Anda.
Melalui “teguran keras” itu, kita dipaksa untuk masuk kedalam “rest area” untuk menghentikan laju kendaraan kita untuk rehat sejenak, kembali introspeksi diri, muhasabah, merecovery diri agar di kesempatan berikutnya Anda lebih peka terhadap ‘Pesan Cinta’ yang Allah sampaikan untuk Anda baca.
Ya hayyu ya qayyum.. Betapa sayangnya Allah sama pribadi yang mungkin saat ini sedang diberikan ujian dan cobaan, semata-mata bukan karena Allah membencinya melainkan supaya ia kembali ke jalan-Nya.
Padahal mudah baginya untuk membinasakan hamba-Nya yang ingkar, namun Rahmat-Nya selalu mendahului murka-Nya.
Ikhwah fillah.. Barangkali ramadhan kali ini mengingatkan kita tentang:
Sosok ‘malaikat’ yang kerap kali tertidur lelap karena tak kuasa melawan rasa kantuknya menunggu kedatangan kita di rumah.
Ada Visi Mulia yang hampir pudar karena kita terlalu sibuk dengan urusan-urusan yang tak kunjung selesai itu.
Ada Zat Maha Penyayang yang rinduuu sekali mendengar rintihan doa-doa Anda di keheningan malam
Dari masalah, umumnya seseorang akan bertambah ibadahnya, lebih hati-hati terhadap dosa, masya Allah doanya menjadi lebih berasa, menghambaNya sungguh luar biasa, lisannya senantiasa basah dengan kalimat toyyibah.
Baca Juga: Ramadhan Ini, Mulai Aja Dulu
Bagi yang sedang mengalaminya, saya ingin mengucapkan selamat karena Anda sedang sangat diperhatikan Allah.
Yang hidupnya lagi enak, adem ayem, semoga itu buah manis dari keridhoan Anda menerima ujian kehidupan Anda sebelumnya.
Dan pada akhirnya kita semua akan “mudik” ke kampung halaman (akhirat), semoga kita semua menjadi “pengendara” yang baik, yang diujung kehidupannya disambut dengan penuh kemuliaan dengan sapaan terbaik
Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
Dan masuklah ke dalam surga-Ku
Masya Allah.. Aamiin ya mujibassailin
Salam untuk keluarga Anda, taqobbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H ^_^
Wassalamu’alaykum Wr. Wb.
Maa sya Allah tabarakallaah… sukses dunia wal akhirat mas Rizal… kereeen banget tulisan nya… membuat kita semua jd lebih dalam u/ introspeksi diri menuju jalan ke kampung yabg sebenarnya mudik yg sebenar benarnya mudik… *kampung akhirat* dengan selamat, Aamiin
Jazakillah khair, makasih udah mampir 🙂