Sebelum bicara tentang mengubah nasib, boleh saya bertanya dulu? Pernahkah Anda mendengar sebuah ayat yang berbunyi “Sesungguhnya Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”, pernah? Cukup familiar ya, ayat itu berasal dari kitab suci Al Qur’an tepatnya Q.S. Ar – Ra’ad: 11.

Selama ini saya pribadi memaknai ayat tersebut lebih kepada usaha secara fisik (tindakan) untuk merubah keadaan misalnya saat seseorang ingin meningkatkan incomenya maka ia perlu giat bekerja. Siapa yang ingin berubah hendaknya berusaha semaksimal mungkin, ada yang punya pemahaman seperti saya?

Astaghfirullah selama ini saya kurang tepat, saya memaknai “perubahan nasib” di ayat tersebut ada pada tataran tindakan, padahal yang dijelaskan pada ayat tersebut di pilihan kata yang digunakannya (dalam bahasa Arab) adalah “bi anfusihim” yang artinya jiwa (dalam bentuk jamak) yang berasal dari kata “nafs” (dalam bentuk tunggal).

Sebelum kita lanjut, Anda boleh browsing sejenak apa itu definisi jiwa. Menurut wikipedia.org “Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusiaΒ (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya)”.

Ustad Nasrullah Orchid dalam kanal telegram @RahasiaMagnetRezeki menjelaskan bahwa jiwa terdiri dari pikiran, perasaan dan keadaan spiritual yang ada pada diri manusia. Ini menarik!

Semakin menarik karena di ilmu pemberdayaan diri-NLP yang pernah saya pelajari, ada yang namanya dualisme pikiran, yaitu pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar berperan sebanyak 12%, dan pikiran bawah sadar mengendalikan 88% kehidupan kita.

Pikiran bawah sadar tunduk dan patuh terhadap perintah Allah untuk mengendalikan aktivitas yang otomatis dalam tubuh kita, misalnya mata berkedip, jantung berdetak, peredaran darah dan bernafas, aktivitas yang berjalan secara otomatis tersebut adalah bagian dari #RezekiYangDijamin Q.S. Hud: 6.

Selain itu, pikiran bawah sadar juga berfungsi untuk menyimpan dan mengelompokan memori, emosi, kebiasaan, persepsi. Karena perannya sebesar 88% maka saat kita “bermasalah” dengan pikiran bawah sadar maka hidup kita pun akan bermasalah.

Tidak cukup dengan mengubah di tataran pikiran sadar, misalnya dengan positive thinking atau massive action, kalau pikiran bawah sadarnya yang justru bermasalah. Selama batinnya berpikir sebaliknya maka tindakan tadi tidak akan banyak mengubah nasib.

Cocok, terjawab sudah mengapa ada orang yang sudah bekerja keras, ikut seminar, training, baca buku positif tapi kehidupannya belum juga berubah.

Terus gimana dong? Yang pasti, kita tidak bisa melawan realita, faktanya mungkin Anda gagal (nasib), faktanya mungkin Anda punya hutang (nasib), faktanya mungkin keluarga Anda bermasalah (nasib), faktanya mungkin Anda di PHK (nasib) dan lain sebagainya. Itu semua adalah realita (nasib) yang mungkin sudah terjadi. Tapi kabar baiknya adalah kita bisa mengubah nasib dengan instan dengan mengubah realita internal kita yang di kendalikan oleh pikiran dan perasaan.

Nasib ibarat sebuah layar proyektor, proyektornya adalah otak, sedangkan laptop itu sendiri adalah pikiran dan perasaan kita. Layar proyektor (nasib) akan menampilkan apa yang tersaji di layar laptop, ia hanya akan berubah saat Anda mengubah tampilan pada layar laptopnya. Maka kita perlu lakukan “switch”, atau tekan tombol keyboad “space” agar muncul tampilan yang lain pada layar laptop dan proyektor.

Contoh real misalnya saat Anda menghadapi kemacetan di perjalanan, Anda boleh mengatakan keadaan sedang macet dan mood Anda tidak enak, sepanjang perjalanan Anda mungkin mengeluh macet, kejadian tersebut bagi orang yang tinggal di ibu kota adalah pemandangan yang biasa (berulang), dan sesuatu yang berulang akan menjadi sugesti yang diterima oleh pikiran bawah sadar menjadi sebuah program otomatis nantinya.

Perasaan tidak enak itu memiliki energi, yang mana kata “macet” itu akhirnya menjadi doa bagi kehidupan Anda, macet rezeki, macet proyek, macet segala – gala, gak mau kan? Naudzubillah.

Lho faktanya memang macet, gimana? Ya, setuju, kita tidak bisa melawan macetnya tapi kita bisa mengubah kata – kata kita dari kata macet menjadi “penuh”, “wah jalanan ini sedang penuh”. Coba perhatikan, bagaimana perasaan Anda saat menganti kata macet dengan penuh? Lebih nyaman bukan? Nah, insya Allah perasaan positif ini menjadi doa agar rezeki Anda penuh berkah, keluarga Anda penuh kasih sayang, bisnis Anda penuh order dan sekeliling Anda dipenuhi dengan orang – orang yang amanah, Aamiin πŸ™‚

Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada kata “pengeluaran”, dalam hidup, yang namanya pengeluaran adalah sesuatu yang bersifat rutin, ada orang yang merasa tidak nyaman dengan pengeluaran yang notabene adalah bagian dari kebutuhan hidup, misalnya pengeluaran untuk listrik, pulsa, belanja bulanan, internet, bensin, dll, itu semua rutin toh? Kenapa musti ada yang gak rela kalau uangnya dihabiskan untuk itu semua? Masa mau kembali ke zaman batu, gak ada listrik, internet, pulsa, kendaraan? Hehe.. πŸ˜…

Oh mungkin orang itu merasa bahwa gaji yang diperolehnya harus menunggu satu bulan lamanya tapi ketika gajian malah habis dalam beberapa hari saja, istilahnya gaji satu koma, tanggal satu udah koma, masih mending dari pada gaji nol koma, blm nerima gaji udh kena autodebet sana sini.. hehe.. πŸ˜†πŸ€£

Karena pengeluaran adalah sebuah realita, maka akan sulit sekali kalau kita berusaha mengabaikan itu, semakin sering Anda melabel itu sebagai pengeluaran maka seumur hidup doa Anda adalah pengeluaran dan pengeluaran, uang gampang habisnya, sebanyak apapun Anda terima uang.

Bagaimana harusnya? Switch, ganti kata pengeluaran dengan “pemasukan”, maksudnya? Lho iya kan, sebetulnya tidak ada istilah pengeluaran, yang ada adalah pemasukan orang lain yang di lewatkan melalui kita, see? Selama kita menganggap pengeluaran kita adalah pemasukan buat orang lain maka hati kita akan merasa bersyukur, karena wasilahnya melalui kita, ada keluarga yang terhidupi, ada bisnis yang “bernafas”, ada perekonomian yang berputar. Dan semoga dengan fokus pada kata pemasukan, akhirnya jadi doa untuk kita “mengundang” pemasukan dan pemasukan. Aamiin πŸ™‚

Ada yang ingin lunas hutang? Hutang akan sulit lunas kalau pikiran dan perasaan kita memaknai hutang sebagai “beban”. Ingat, kemiripan akan menarik kemiripan, beban akan menarik beban – beban yang lain. Kalau pun lunas, nanti akan berhutang lagi, “gali lobang tutup lobang” istilahnya.

Sebesar atau sebanyak apapun hutang Anda, bersyukurlah dahulu karena masih ada yang memberikan Anda hutang, artinya dalam pandangan pemberi hutang, setidaknya mereka menganggap Anda cukup amanah menerima uang senilai itu. Karena untuk cari pinjaman nominal satu juta rupiah saja, di zaman sekarang tidak mudah, betul?.

  • Jadi mulai detik ini, hutang bukanlah hutang seperti yang Anda fahami sebelumnya tapi sudah berubah menjadi sebuah “amanah”. Bukankah uang termasuk juga amanah? Dan hakikatnya amanah adalah rezeki dari Allah.

Semoga dengan memaknainya sebagai amanah, akhirnya menjadi doa dan “pengundang” amanah – amanah yang lain, karyawan yang amanah, partner yang amanah, serta amanah rezeki yang lebih besar, lebih banyak dan berkah. Aamiin πŸ™‚

Terakhir, pernahkah Anda mendapatkan ujian atau cobaan dalam hidup?. Bagi saya, kata “ujian / cobaan” sejujurnya punya konotasi makna negatif yang terasosiasi dengan “penderitaan”. Masih ingat tadi rumusnya? Kemiripan akan menarik kemiripan, semakin Anda merasa bahwa hidup ini penuh cobaan / ujian maka selamanya ia akan “mengundang” penderitaan.

Kalau Anda sama seperti saya, maka kita perlu mengganti kata “ujian / cobaan” tadi dengan makna baru, yang lebih positif, Anda bukan sedang di kasih ujian tapi sedang “di pancing oleh Allah untuk mengeluarkan potensi terbaik” Ahaa.. 😍

Pikiran dan perasaan adalah pembentuk nasib kita, bahkan perasaan (bawah sadar) memiliki energi lebih kuat daripada pikiran positif (pikiran sadar), relita hidup bukan merespon apa yang kita pikirkan tapi apa yang kita RASAKAN. Oleh karenanya, hati yang tenang akan mengundang rezeki, berdoa dengan menghadirkan hati insya Allah akan direspon dengan cepat, karena salah satu syarat agar doa cepat “melangit” adalah hadirnya hati (perasaan), seperti sabda nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad β€œJika kalian berdoa kepada Allah maka berdoalah kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan. Sesungguhnya, Allah tidaklah mengabulkan doa seorang hamba, yang dipanjatkan dari hati yang lalai.”

Terima kasih sudah membaca hingga akhir, semoga bermanfaat πŸ™‚

Share:

2 Responses on “Cara Instan Mengubah Nasib

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *