Sesuatu yang “pasti” namun seringkali dihindari oleh sebagian besar orang, yaitu kegagalan. Kalau bisa langsung berhasil sukses deh jangan sampai gagal. Berapa banyak orang yang mempersepsikan kegagalan sebagai sesuatu yang buruk contohnya gagal itu sakit, gagal itu menyedihkan, gagal itu bikin traumatik. Padahal di kisah Doa Seorang Petinju, Anda harus mengerti konsep kegagalan baru dapat mengerti arti kesuksesan.

Sir Thomas Alva Edison penemu lampu pijar dan pemilik 1.093 hak paten, punya cara unik dalam menyikapi ribuan kegagalan yang ia lakukan untuk menemukan lampu pijar.

Sebuah situs NationalGeographic.co.id menceritakan bahwa Thomas Alva Edison melakukan 9.955 kali percobaan (kegagalan) hingga akhirnya berhasil menemukan lampu pijar, ya, Anda gak salah baca, SEMBILAN RIBU SEMBILAN RATUS LIMA PULUH LIMA kali percobaan. 😅😳😱

Ketika seorang wartawan bertanya kepada Thomas Edison, “apa tanggapan Anda terhadap ribuan kali kegagalan Anda menemukan bola lampu?”, Thomas Edison mengatakan, “saya tidak gagal, saya hanya menemukan ribuan cara yang tidak bisa digunakan untuk membuat lampu”, beeuuhhh.. Untungnya Edison bukan kita yang rawan trauma hehe..

“Life is a game, sometimes you WIN, sometimes you LEARN”

Seandainya Edison dulu trauma, hari ini kita masih pakai lilin heuu.. Ada yang jagain lilin, ada yang keliling #eh

Nah, sahabat sekalian, ketika Anda mulai mengubah cara menyajikan atau mengubah sudut pandang terhadap sebuah kejadian, Anda akan mengubah total makna dan kondisi emosi yang terkait dengan pengalaman tersebut.

Efeknya, Anda akan mengubah keputusan dan tindakan yang akan Anda ambil, karena sesungguhnya yang lebih sering menggerakan Anda adalah EMOSI, 20% nya logika. Saat maknanya berubah maka emosinya pun berubah.

Dalam ilmu NLP (Neuro Linguistic Programming), proses mengubah sudut pandang atas sebuah pengalaman negatif menjadi sesuatu yang positif disebut dengan Reframing atau seni membingkai ulang / ilmu memberi arti.

Ada 2 cara yang bisa Anda lakukan ketika berhadapan dengan pengalaman atau kejadian yang negatif yaitu Anda ubah sudut pandangnya dengan cara membingkai ulang isi atau membingkai ulang konteks.

Contoh, ketika Anda mendengar orang tua yang berkata “anak saya gak mau diem, hiperaktif”. Anda bisa membantunya mengubah sudut pandang dengan mengatakan, “oh itu bagus!, artinya anak ibu/bapak sangat sehat, kalau dia sakit mungkin diam!” ini yang disebut dengan reframing isi.

Contoh lain, ketika orang yang Anda cintai meninggalkan Anda untuk menikah dengan yang lain, maka Anda bisa memilih untuk mengatakan, “alhamdulillah, ini saatnya saya akan dipertemukan dengan orang yang betul – betul mencintai saya”. Uhuk.. 😘😘

Cara lain untuk membingkai ulang sebuah pengalaman negatif adalah dengan membingkai ulang konteks kejadiannya. Tapi sebelum kita bahas bagaimana caranya, boleh saya bertanya? Pernahkah saat dulu Anda mengalami sebuah kejadian negatif dan akhirnya saat ini Anda berkata, “oh ternyata itu hikmahnya”, dalam konteks waktu kejadian yang berbeda, makna sebuah pengalaman dapat berubah dari buruk menjadi baik.

Cara membingkai ulang konteks, Anda bisa memulainya dengan sebuah pertanyaan, “hikmah apa yang bisa saya ambil agar pengalaman ini bermanfaat/mendatangkan banyak keuntungan di kemudian hari?” contoh, ketika Anda rugi berbisnis maka Anda bisa mengatakan “alhamdulillah saya telah berhasil menemukan cara yang tidak berhasil dalam berbisnis”. Alih – alih mengatakan “yah mulai dari 0 lagi deh” 😭, lebih baik berkata, saya memang mulai dari 0 tapi NOL besar. 💪🏻😁

Kebayang gak saat Anda bisa menguasai ilmu reframing? Apa yang akan terjadi dengan hidup Anda, keluarga Anda dan bisnis Anda saat Anda punya keahlian reframing?. So just keep move!

 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *