Pagi ini, sambil ditemani segelas teh manis hangat, saya mulai menulis tulisan yang saat ini Anda baca.
Bicara soal teh manis, mungkin Anda salah satu penikmat minuman yang merakyat ini, boleh dikatakan hampir di semua lokasi kuliner ada minuman ini, walaupun rasa manisnya gak akan bikin Anda yang sedang fokus membaca tulisan ini tambah manis hehe..
Tapi hari ini katanya gak penting manis atau tawar, yang lebih penting itu dia setia, karena banyak orang yang manis diawal tapi tawar di akhir #eaa.. ah sudah2, intermezo ya ^__^
Gini, masih seputar teh manis dan teh tawar, Anda lebih suka yang mana? Ada cerita menarik soal minuman teh ini.
Suatu ketika seorang yang berasal dari suku Jawa datang berkunjung ke kediaman seorang yang kaya raya yang berasal dari suku Sunda.
Si kaya ini kalau bicara soal harta, wah uangnya gak berseri, mobil mewahnya ada 7, sepeda motornya ada 10, rumah tiga lantai pakai lift pula. Wow pokoknya.
Sesampainya di rumah si orang kaya sunda ini, si orang jawa disuguhi aneka makanan/cemilan dan segelas teh hangat. Mereka pun ngobrol dengan santai, sampai beberapa menit kemudian si orang jawa ini merasa haus, dan ia mulai meneguk segelas teh yang sudah di sediakan.
slrruuppppp.. ahh.. suara tegukan teh yang orang Jawa ini minum, ia kaget sambil membatin, “Ya Allah rumah gedong, mobil 7, motor 10, mbeli gula 1 kilo aja moso ya gak mampu?” ternyata teh yang ia minum rasanya tawar hehe..
Kisah yang sama, kalau Anda berkunjung ke rumah seorang yang berasal dari suku Jawa, apakah dia orang kaya raya atau orang biasa, Anda akan disuguhkan dengan yang manis – manis, bahkan sambal pun ada manis – manisnya hehe..
Si orang sunda yang belum faham dengan karakter orang jawa yang serba manis, saat ia berkunjung ke kediaman orang jawa yang kaya raya, ia akan di suguhkan teh yang rasanya manis, bukan karena sombong, meski ia bukan juragan tebu, si orang Jawa ini akan memberikan Anda yang manis – manis.
Ini bukan persoalan status sosial kaya atau kismin, ini soal budaya, karakter yang berbeda antara orang Sunda dan orang Jawa. Kebayang kan bagaimana kalau orang sunda dan orang jawa ini ternyata berjodoh?
Bagaimana kalau ternyata yang satu ‘cebong’, yang satu ‘kampret’? Mungkin gak mereka berjodoh? Hehe.. Tentu ada perbedaan budaya, karakter dan orientasi yang ‘harus’ bersama dalam satu atap.
Selain itu, masih ada tempaan lingkungan saat dimana ia tumbuh dewasa, misalnya pola asuh, figur yang di hormati, dialek komunikasi, dan sederet ‘ritual’ kesukuan yang terprogram dalam ‘budaya’ otaknya sehingga terjadi perbedaan nilai – nilai yang ia anut dan ‘kepercayaan’ yang ia yakini.
Dua orang anak yang dilahirkan dari rahim ibu yang sama seringkali berbeda, apalagi dengan pasangan yang beda isi kepala, mungkin beda suku, beda lingkungan, beda pola asuh dan sering kali beda mesin kecerdasan yang mengakibatkan perbedaan tujuan.
Tapi ada satu hal dari pasangan Anda yang tidak akan berubah sampai akhir hayatnya, yang mempengaruhi tindak tanduk kesehariannya, yang menjadi ‘suara hati’ dalam pengambilan keputusan – keputusannya, yaitu Mesin Kecerdasan.
So, sudahkah Anda tahu mesin kecerdasan pasangan Anda? Kalau belum, boleh kita ngopi bareng.