Seiring dengan perubahan jaman dan gaya hidup people jaman now, ternyata cara orang menghasilkan uang dan mengelola uang juga berubah.

Kalau dulu ada orang yang sering berada dirumah tapi kehidupannya makin tambah kaya biasanya masyarakat akan curiga sama orang itu jangan – jangan bersekutu dengan dedemit.

Tapi persepsi itu perlahan mulai pudar hari ini, karena kita tahu sejak internet ditemukan dan terus berkembang, cara menghasilkan uang tidak lagi hanya mengandalkan kerja otot semata, kini Anda bisa menghasilkan omzet milyaran meski sambil dasteran atau kol*ran.

Sama pentingnya dengan ilmu menghasilkan uang, ilmu mengelola uang juga mengalami perubahan, dan sedihnya lagi di masyarakat Indonesia, banyak yang belum melek finansial terutama tentang kesadaran berinvestasi.

Alhamdulillah kami berkesempatan belajar langsung tentang investasi dengan beberapa praktisi investasi emas, cryptocurrency, dan equity (saham).

Sejujurnya semua jenis investasi itu menarik meski perlu bersabar sedikit karena uangnya belum sanggup untuk melahap semua langsung hehe..

Tapi saya pribadi akhirnya makin mengerti lebih tepatnya lagi sadar pentingnya mata pelajaran yang dulu amat saya benci ketika sekolah, yaitu ekonomi.

Malah yang dulu terasa menyebalkan ini lama – lama terasa makin seksi untuk dipandang dan dipinang. Hehe.. Uang adalah sebuah topik yang Anda mau gak mau, suka gak suka, harus Anda jadikan sahabat dekat bahkan budak Anda, bukan Anda yang malah jadi budak uang.

Finansial atau lebih tepatnya kecerdasan finansial untuk saat ini lebih tabu dibandingkan kecerdasan seksual. Kecerdasan seksual mulai diajarkan sejak kelas 3 SD tapi kecerdasan finansial sampai jejang S3 juga gak ada kuliahnya.

Akhirnya, karena begitu tabu, banyak orang yang bekerja keras tapi akhirnya berakhir ‘kismin’ karena ia tidak faham tentang kecerdasan finansial.

Btw, btw, izin gak akan membahas soal kecerdasan finansial di tulisan ini, melainkan saya hanya akan berbagi kepada Anda untuk menjadi lebih peduli terhadap persoalan investasi. Kenapa?

Kita belajar dari para pemburu dan peternak. Jaman dahulu ketika orang merasa lapar ia akan berburu untuk memenuhi hasrat laparnya. Polanya adalah lapar – berburu – makan, setiap kali ia merasa lapar maka ia harus berburu supaya bisa makan.

Jaman now paradigma ini dikenal dengan pola kerja aktive income alias Anda membarterkan waktu, tenaga, pengetahuan, skill Anda untuk mendapatkan penghasilan.

Hal itu baik adanya, yang penting halal. Hanya saja ada kondisi yang perlu di waspadai seandainya karena satu dan lain hal, ia tidak bisa bekerja lagi. Artinya keran sumber penghasilan Anda tidak lagi mengalir deras atau malah berhenti, sementara dapur harus tetap ngebul.

Oke, sekarang kita belajar dari para peternak, awalnya mereka melakukan pola kerja seperti pemburu tadi namun mereka mulai ‘melek finansial’ sehingga hewan buruan yang mereka peroleh tidak langsung dimakan melainkan juga diTERNAKan.

Hewan ternak itu di pelihara dan dijaga dengan baik sampai akhirnya hewan buruan itu mulai beranak pinak bahkan jumlahnya melebihi kebutuhan makan si empunya peternakan.

Nah menariknya, konsep beternak ini menjadi sebuah solusi keuangan Anda. Kapan pun mereka merasa lapar, mereka bisa memilih untuk tetap berburu atau menyembelih saja hewan ternak yang mereka punya tanpa harus terus kejar – kejaran di hutan.

Dengan beternak si empunya akan punya lebih banyak waktu luang untuk memikirkan, merencanakan, dan mengerjakan hal – hal produktif lain.

Ternyata, anjuran beternak ini sudah ada dan di sunahkan sejak 1400 tahun lalu. Khalifah Umar Bin Khattab ra pernah mengatakan, “wahai pekerja, jangan habiskan semua upahmu, sebagian belikan kambing, sebagian belikan ladang”. Relevansinya dengan hari ini, kambing adalah aset produktif, ladang adalah properti.

Al – Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia pun memberikan penegasan untuk memperhatikan kesejahteraan ahli waris. Dalam sebuah ayat di Q.S. An – Nisaa: 9 Allah berfirman “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang – orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka, anak – anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”. 

Selain itu di ayat Qur’an yang lain di Q.S. Yusuf: 43, 47, 48, 49 diceritakan tentang kisah Nabi Yusuf AS yang menafsirkan mimpi dari Raja Mesir yang ternyata sarat dengan pesan untuk berinvestasi.

Berbekal anjuran – anjuran finansial itu, akhirnya kami coba untuk belajar lebih intens tentang topik finansial khususnya investasi melalui buku – buku, seminar, pelatihan dan kelas mentoring.

Berbekal data terbaru (2018) dari Indonesia Stock Exchange dan dengan kaidah umum investasi yaitu uang, waktu dan compounding interest maka kita akan tahu setidaknya ada 5 jenis instrumen investasi dengan bagi hasil yang menarik dalam kurun waktu rata – rata 10 tahun:

1. Emas (7.66%)
2. Deposito (7.44%)
3. Obligasi Negara (8.51%)
4. Saham (17.76%)
5. Tabungan (2.50%)

Pertimbangan lain seperti inflasi, likuiditas dan resiko tetap perlu kita fahami di masing – masing jenis investasi tadi. Bedakan antara resiko dan beresiko ya.

Ada sebuah ungkapan, kalau kita tidak faham aturan mainnya maka kita akan selalu kalah. Biasakan untuk selalu bertanya kepada ahlinya ya.

Sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi atau pun bagi Anda yang sudah menjadi praktisi di dunia investasi, di tulisan berikutnya insya Allah kami akan sharing Investasi Terbaik sepanjang sejarah umat manusia dengan deviden dan capital gain terbesar, zero risk tapi high return.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *