Di tengah kecanggihan era digital ini, idealnya udah gak ada lagi pemilik usaha yang ngeluh stok produknya numpuk karena gak terjual, gak ada lagi calon pengusaha yang bingung mau bisnis apa, dan gak perlu ada lagi pengusaha yang khawatir produknya gak ada yang mau beli.

“Don’t find customer for your product, find product for your customer” ~ Seth Godin

Karena di era digital, paradigma bisnisnya bukan lagi berorientasi pada produk melainkan orintasinya pada calon customer. Ya, seperti kata Seth Godin tadi.

Mulailah dari Target Market, apa yang spesifiknya market butuhkan, siapa mereka? Ada dimana mereka? Apa yang menjadi minat/perilaku mereka? Dan bagaimana cara menjangkau mereka?

Hadirnya masalah di market artinya akan butuh solusi, kalau solusi yang Anda miliki akan dikemas dalam bentuk produk/jasa, maka apa yang harus Anda jual?

Bingung? Sama! ahahahah…, gampang kayaknya ya ngomongnya, padahal kalau mau praktek ternyata lebih mudah ketimbang bikin produk yang belum tentu ada peminatnya ^_^

“Jangan berpikir untuk membangun bisnis, karena bisnis besar belum tentu profit, dan kalau profit pun belum tentu ada cashnya” 

Tapi berpikirlah untuk membangun kekayaan. Karena berbisnis bukan satu satunya jalan untuk membangun kekayaan.

Dan, jika Anda ingin menggunakan jalur perdagangan sebagai ikhtiar membangun kekayaan, maka mulailah dengan mengindentifikasi marketnya.

Paling tidak, ada 3 kategori profil market yang saya tahu dari buku “Kitab Anti Bangkrut” dari mas Jaya Setiabudi founder YukBisnis.com, yuk kenalan ^_^

Baca Juga: Chatting Berujung Closing Part 1

S = Supply, D = Demand

1. BLEEDING MARKET ( S > D )

Yaitu ketika supply (penyedia) barangnya lebih banyak daripada demand (permintaan) barangnya.

Contoh: produk consumer goods seperti sembako, pulsa/kuota data, air minum dalam kemasan, air galon isi ulang, produk ritel marketplace.

Karena pasarnya sudah berdarah darah maka yang terjadi sering kali adalah perang harga karena barrier entry nya sangat tipis alias semua orang bisa buka bisnis yang sama.

Faktor modal, harga yang kompetitif dan service seringkali menjadi “luck factor” untuk berhasil di bisnis kategori bleeding market ini.

Reward yang Anda bisa raih ketika sukses di bisnis kategori ini adalah cashflow yang cepat & volume penjualan

2. POTENTIAL MARKET ( S ≤ D )

Yaitu ketika supply dan demand sama atau bahkan demand lebih tinggi daripada supply alias market udah siap beli.

Contoh yang masih hangat di tahun 2020 lalu di bulan Maret pak presiden Jokowi mengumumkan ada 2 orang WNI yang positif terinfeksi Covid-19, seketika itu terjadi panic buying permintaan masker & hand sanitizer meledak.

Akibatnya karena demand sangat tinggi tapi supply belum siap, harga menjadi tidak logis lagi.

Para penjual praktis tidak perlu strategi promosi canggih, hanya perlu pengumuman untuk menarik kerumunan.

3. SLEEPING MARKET ( S ada, D belum ada)

Terjadi ketika supply nya ada tapi demand belum ada alias market masih “tidur” alias belum teredukasi. Market ini sangat menantang bagi yang suka tantangan.

Biaya operasional yang besar, perlu kesabaran, kemampuan promosi/persuasi yang baik, disiplin untuk mengedukasi pasar, investasi waktu, tenaga, biaya, air mata yang keluar seolah seperti tidak ada ujungnya.

Sangat wajar jika akhirnya sedikit sekali pengusaha yang mencoba peruntungan di market ini (barrier entry nya sangat tebal)

Di profil market ini berlaku sebuah nasehat, “going big, or go home”, Jadilah yang terbesar atau pulang sekalian. Antara sukses dan gagal sepertinya 50 : 50. Tapi ketika Anda berhasil Going Big, hmm.. it’s all yours.

Contoh: Air minum AQUA mulai di tahun 80, hari ini jadi market leader. Aplikasi ZOOM yang dimulai 11 tahun lalu oleh Eric Yuan yang menemukan momentumnya di era pandemi Covid-19 ($ 7.57 miliar).

Reward: Market Leader & Margin

Bukan apa yang dijual, tapi siapa yang beli. Jadi, yang mana profil market favorit pilihan kamu nih? Boleh kasih komentar dan share ya ^_^

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *